Moh. Ali Murtado
Moh. Ali Murtado
Co-Founder at Impacta Digital Advertiser Marketing Analyst Data Analyst Web Developer
Moh. Ali Murtado

Blog

Strategi Jitu Menargetkan Audiens Berdasarkan Aktivitas Online dengan Meta Ads

Strategi Jitu Menargetkan Audiens Berdasarkan Aktivitas Online dengan Meta Ads

Strategi Jitu Menargetkan Audiens Berdasarkan Aktivitas Online dengan Meta Ads

Di era digital saat ini, memahami bagaimana audiens berinteraksi secara online adalah kunci untuk menyusun strategi iklan yang efektif. Bagi digital advertiser, terutama yang menargetkan segmen usia 20–35 tahun, pendekatan berbasis data semakin tak terelakkan. Salah satu metode yang kini paling relevan adalah menggunakan Meta Ads untuk menargetkan audiens berdasarkan aktivitas online. Teknik ini tidak hanya membantu meningkatkan efisiensi kampanye, tetapi juga memberikan personalisasi yang membuat iklan terasa lebih relevan dan tidak mengganggu.

Bab 1: Apa Itu Meta Ads dan Bagaimana Cara Kerjanya?

Meta Ads adalah platform periklanan dari Meta yang mencakup Facebook, Instagram, Messenger, dan Audience Network. Sistemnya memungkinkan pengiklan untuk menargetkan pengguna berdasarkan berbagai parameter seperti demografi, minat, dan perilaku. Algoritma Meta mengandalkan machine learning untuk menentukan siapa yang paling mungkin merespon iklan Anda.

Platform ini bekerja dengan sistem lelang, di mana pengiklan mengajukan bid untuk tampil di hadapan audiens target mereka. Pemenangnya ditentukan berdasarkan kombinasi antara bid, kualitas iklan, dan relevansi. Dengan semakin canggihnya algoritma Meta, advertiser kini dapat menargetkan berdasarkan aktivitas digital pengguna, termasuk interaksi mereka di dalam aplikasi Meta maupun di situs eksternal melalui Meta Pixel dan Conversion API.

Bab 2: Mengenal Jenis Aktivitas Online yang Bisa Ditargetkan

Aktivitas online mencerminkan minat dan niat pengguna secara real-time. Misalnya, jika seseorang menonton 75% dari sebuah video promosi, itu menunjukkan minat tinggi terhadap konten tersebut. Meta mengkategorikan aktivitas ini menjadi beberapa jenis:

  • Video views: Jumlah waktu pengguna menonton video.

  • Website activity: Halaman yang dikunjungi, produk yang dilihat, dan tindakan seperti Add to Cart atau Checkout.

  • Engagement di platform: Komentar, likes, shares, saves di Instagram atau Facebook.

Behavioral targeting memungkinkan advertiser membentuk custom audience berdasarkan aktivitas-aktivitas ini, lalu mengembangkan Lookalike Audience yang memiliki perilaku serupa.

Bab 3: Tools dan Data Pendukung Meta untuk Behavioral Targeting

Untuk memanfaatkan aktivitas online sebagai dasar targeting, advertiser membutuhkan integrasi data:

  • Meta Pixel: Kode yang ditanamkan di website untuk melacak aktivitas pengguna.

  • Conversion API: Mengirim data aktivitas langsung dari server, solusi yang tahan terhadap update privasi seperti iOS14.

  • Audience Insights: Memberikan gambaran demografi, minat, dan kebiasaan dari audiens yang telah berinteraksi.

Tools ini memberikan kekuatan untuk membangun strategi berbasis bukti nyata, bukan asumsi.

Bab 4: Cara Merancang Kampanye Berdasarkan Aktivitas Online

Langkah pertama dalam merancang kampanye behavioral targeting adalah membuat Custom Audience dari aktivitas spesifik seperti:

  • Penonton video lebih dari 50%

  • Pengunjung halaman produk

  • Pengguna yang klik Add to Cart tapi belum checkout

Kemudian, Anda bisa menciptakan Lookalike Audience berdasarkan kelompok ini untuk menjangkau audiens baru yang punya perilaku serupa. Strategi ini memperluas jangkauan tanpa kehilangan relevansi. Ini adalah salah satu cara paling efektif dalam menggunakan Meta Ads untuk menargetkan audiens berdasarkan aktivitas online, dengan efisiensi biaya yang lebih baik.

Bab 5: Studi Kasus Nyata dan Analisis ROI

Untuk memahami efektivitas behavioral targeting dalam praktik, mari kita lihat sebuah studi kasus pada brand fashion lokal yang menargetkan pengguna usia 20–35 tahun:

Kampanye A: Interest-Based Targeting

  • Targeting: Minat terhadap fashion, belanja online, dan brand lokal

  • Hasil: CTR 1.5%, CPR Rp60.000, ROAS 2.3

Kampanye B: Behavioral-Based Targeting

  • Targeting: Penonton video 75%, pengunjung halaman produk, Add to Cart tanpa pembelian

  • Hasil: CTR 3.2%, CPR Rp28.000, ROAS 4.9

Dari data ini, terlihat jelas bahwa kampanye berbasis perilaku memberikan hasil yang jauh lebih baik. Bukan hanya dari sisi biaya per hasil (CPR), tapi juga Return on Ad Spend (ROAS). Targeting berdasarkan aktivitas online membantu menyaring audiens yang sudah berada dalam funnel pertimbangan atau bahkan siap membeli.

Insight Tambahan:

  • Audiens yang sudah melihat lebih dari 75% video memiliki kemungkinan konversi 2x lipat dibandingkan yang hanya melihat 25%.

  • Penggunaan eksklusi (misal: exclude pembeli) menjaga agar kampanye tidak boros dan tetap efisien.

Strategi seperti ini menjadi sangat penting untuk marketer yang ingin hasil maksimal dengan budget terbatas.

Bab 6: Kesalahan Umum dalam Behavioral Targeting dan Cara Menghindarinya

Meskipun behavioral targeting menawarkan banyak keunggulan, masih banyak advertiser yang melakukan kesalahan umum yang bisa menghambat performa kampanye. Berikut beberapa di antaranya:

1. Tidak Melakukan Segmentasi yang Tepat
Menggabungkan semua perilaku pengguna ke dalam satu audiens bisa menurunkan efektivitas iklan. Solusinya, pisahkan berdasarkan tingkatan minat, misalnya: penonton video 25% vs. 75% atau Add to Cart vs. View Content saja.

2. Tidak Menyusun Eksklusi Audiens
Tidak mengeluarkan audiens yang sudah membeli dapat menyebabkan pemborosan anggaran. Setiap kampanye harus disertai strategi eksklusi, terutama untuk retargeting.

3. Targeting Terlalu Sempit atau Terlalu Luas
Jika terlalu sempit, skala dan jangkauan terbatas. Jika terlalu luas, relevansi iklan bisa menurun. Idealnya, gunakan kombinasi Custom Audience dan Lookalike Audience dengan size yang terukur.

4. Tidak Melakukan A/B Testing
Tanpa eksperimen, Anda tidak tahu pendekatan mana yang paling efektif. Uji berbagai kombinasi kreatif, pesan, dan format iklan terhadap audiens behavior tertentu.

5. Terlalu Sering Melakukan Retargeting
Frekuensi tinggi bisa membuat audiens lelah dan mengabaikan iklan. Gunakan frekuensi optimal dan jeda waktu antar retargeting berdasarkan perilaku pengguna.

Tips Pro: Gunakan Campaign Budget Optimization (CBO) dengan pembagian ad set berdasarkan behavior agar Meta bisa secara otomatis memaksimalkan performa di segmen paling efektif.

Bab 7: Menggabungkan Targeting Behavior dengan Funnel Strategy

Untuk hasil maksimal, behavioral targeting harus diselaraskan dengan funnel pemasaran: mulai dari tahap awareness, consideration, hingga conversion. Setiap tahapan membutuhkan pendekatan berbeda dalam targeting dan pembuatan pesan.

1. Awareness Stage
Gunakan data aktivitas ringan seperti video views 25% atau interaksi dengan konten untuk membangun brand recall. Iklan di tahap ini bersifat edukatif dan menggugah rasa penasaran.

2. Consideration Stage
Target pengguna yang sudah mengunjungi halaman produk, menyimpan postingan, atau menonton video lebih dari 50%. Gunakan konten yang menunjukkan nilai produk, testimoni, atau perbandingan produk.

3. Conversion Stage
Fokus pada pengguna yang sudah Add to Cart, mengisi form, atau berinteraksi langsung dengan WhatsApp. Gunakan iklan dengan penawaran spesial, urgency (diskon terbatas), dan CTA yang jelas.

Tips Funnel Behavior:

  • Gunakan retargeting dinamis untuk setiap tahap.

  • Integrasikan CRM dan email automation untuk menjaga engagement di luar platform iklan.

  • Gunakan creative testing di setiap tahap funnel untuk melihat mana visual dan pesan yang paling resonan dengan tiap lapisan audiens.

Behavioral targeting menjadi lebih kuat ketika Anda memahami bahwa setiap aktivitas mencerminkan posisi pengguna dalam customer journey. Dengan strategi yang terintegrasi, Anda tidak hanya mendapatkan lebih banyak leads—tapi leads yang siap dikonversi.